Rabu, 11 Maret 2009

Refleksi Perkuliahan Pendahuluan Filsafat

“Belanja ilmu di toko kelontong”. Belanja dengan mencari sesuatu yang diperlukan merupakan suatu aktivitas yang perlu dilakukan ketika kita ingin bertahan hidup. Banyak sekali kebutuhan harus kita beli dalam berbelanja, tetapi tidak semua harus kita beli. Kita membeli dengan membedakan mana prioritas dan mana yang kurang perlu. Bila dikaitkan dengan mencari ilmu,
dalam kehidupan ini banyak sekali ilmu yang harus kita cari. Ilmu yang diperoleh digunakan sebagai bekal untuk hidup. Banyak sekali pilihan-pilihan ilmu seperti layaknya kita sedang berbelanja di toko kelontong yang menyediakan banyak barang kebutuhan sehari-hari. Kita tidak perlu mempelajari semua ilmu yang ada, dari sekian banyak ilmu kita hanya memilih beberapa ilmu yang kita butuhkan.
          Ada satu pesan yang sering kita dengar tapi jarang kita renungkan, yaitu “tuntutlah ilmu setinggi-tingginya”. Setinggi-tingginya dalam artian semampu kita, semaksimal kita berusaha memperoleh suatu ilmu. Walaupun kita hanya mempelajari beberapa ilmu yang sangat kita butuhkan, tapi pengertian setinggi-tingginya disini menuntut kita untuk meraih semua ilmu. Dengan demikian ilmu yang kita peroleh tidak hanya kita manfaatkan sendiri tetapi juga dapat berguna untuk orang lain.
          Filsafat merupakan suatu olah pikir, mempelajari sesuatu berdasar pada hakekatnya. Misalnya kita sebagai calon guru, guru nanti akan mengajar siswa, maka seorang guru harus tahu hakekat dari siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa, kadang guru mengadakan diskusi, maka guru harus tahu hakikat dari diskusi, dan seterusnya. Dalam mempelajari filsafat, dapat digunakan metode hermeneutika yaitu dengan menerjemahkan dan diterjemahkan. Dalam menerjemahkan sebaiknya sesuai dengan kebenaran yang ada, tidak dibuat-buat, terjemahkan secara objektif. Sedangkan bagi yang diterjemahkan, bersikap terbuka dan siap untuk diterjemahkan.
          Dalam berfilsafat, kendalikanlah fikiran dengan hati. Pikiran kita ketika berfilsafat dapat menembus batas-batas kewajaran pada umumnya. Keadaan ini sering menimbulkan kontradiksi atau pertentangan dalam pikiran tentang hal yang telah diketahui dengan hal baru hasil pemikiran. Kebebasan dan keluasan dalam berfikir inilah sehingga dibutuhkan kendali dalam diri kita. Kendali dalam berpikir adalah dengan hati. Pertentangan yang terjadi di pikiran jangan dibawa kehati. Hati sebagai kendali utama dalam menjaga pikiran kita hendaknya selalu kita jaga agar senantiasa dekat dengan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar